Lawan TBC di Kota Bogor, PBL Kelompok 10 Tayangkan Kisah Nyata TESIS  di Televisi Puskesmas Warung Jambu
Lawan TBC di Kota Bogor, PBL Kelompok 10 Tayangkan Kisah Nyata TESIS di Televisi Puskesmas Warung Jambu

Bogor, Berita Fikes Online,- 10 Februari 2025 – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama dalam meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pengobatan hingga tuntas serta pencegahan melalui Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) untuk kontak erat dan pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penderita Tuberkulosis. Salah satu wilayah yang menghadapi tantangan ini adalah Kelurahan Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menanggapi kondisi ini, mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menginisiasi program TESIS (Testimoni Penyintas dan Kontak Erat Tuberkulosis) di Puskesmas Warung Jambu, Kota Bogor. Program ini menjadi bagian dari intervensi edukasi dalam Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II dengan tujuan untuk membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya TPT dan kepatuhan dalam pengobatan Tuberkulosis. Kegiatan TESIS ini merupakan bagian dari keberlanjutan program BASIS (Babarengan Ngalawan Tuberkulosis) dan diharapkan bermanfaat sebagai media edukasi bagi pasien serta pengunjung Puskesmas Warung Jambu. Senin, (10/2/2025).

IMG-20250210-WA0078

TESIS mengusung konsep pemutaran video testimoni penyintas Tuberkulosis dan kontak erat di ruang tunggu Puskesmas Warung Jambu. Video ini menampilkan pengalaman nyata seorang penyintas yang berhasil menyelesaikan pengobatan hingga sembuh, serta kisah kontak erat dalam menjalani TPT sebagai langkah mencegah penularan. Dengan mendengar langsung pengalaman orang lain, diharapkan masyarakat menjadi lebih termotivasi untuk tidak ragu menjalani pengobatan dan pencegahan Tuberkulosis.

Sebelum produksi video, tim mahasiswa terlebih dahulu mencari informasi penyintas dan kontak erat TBC melalui kader TBC di Kelurahan Kedunghalang, yaitu Bu Siti Aminah. Setelah mendapatkan kontak kedua narasumber tersebut, mahasiswa melakukan pendekatan kepada penyintas dan kontak erat yang bersedia berbagi pengalaman mereka. Untuk menjaga hak privasi narasumber, mahasiswa melakukan persetujuan tertulis (informed consent) yang menjelaskan tujuan, manfaat, serta penggunaan video sebagai media edukasi. Setelah selesai diproduksi, video mulai ditayangkan di layar TV ruang tunggu Puskesmas Warung Jambu dan akan terus diputar secara berkelanjutan.

Dalam video tersebut, S selaku kontak erat TBC menyatakan, “Lebih baik minum TPT kalau saya mah teh, minum obatnya sekitar 3-6 bulan aja, daripada nanti sakit harus minum obat minimal 6 bulan”. S juga menyatakan bahwa TPT membawa manfaat kepada kesehatannya, “Enak badan jadinya, jadi ngga batuk, tadinya juga saya gamau minum obat terlalu lama, tapi saya mikirnya ah buat kesehatan badan sendiri, kenapa engga minum aja”. Sedangkan, A selaku penyintas TBC menyatakan bahwa motivasinya untuk sembuh disebabkan karena, “Ya pengen sehat, pengen ngaji, pengen silaturahmi ke saudara-saudara. Jangan sampe kita punya cucu, punya anak, takut (kena TBC)”. A juga menyatakan kepada masyarakat yang sedang menjalani pengobatan TBC, “Berobat yang rutin, yakin penyakit kita pasti sembuh kalo mau berobat. Jangan diem, jangan dibiarin gitu, ngga boleh putus minum obat mah”.

Meskipun mahasiswa tidak dapat terus berada di Bogor untuk memantau dampaknya secara langsung, pemutaran video tetap berjalan sebagai bagian dari edukasi puskesmas. Dengan adanya program ini, mahasiswa kelompok 10 PBL Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta berharap semakin banyak pasien yang menyelesaikan pengobatan hingga tuntas, serta semakin banyak kontak erat yang bersedia menjalani TPT untuk mencegah penyebaran TBC. Langkah kecil ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menekan angka kasus TBC di Indonesia, khususnya di Kelurahan Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. (KLP 10 PBL)

Tag :