Tingkat Stres di Kalangan Mahasiswa Meningkat, Perlunya Program Penanggulangan Stress pada Mahasiswa Fikes
Ciputat, Berita Fikes Online,- Tingkat stres yang semakin meningkat di kalangan mahasiswa telah mengungkapkan konsekuensi yang menyedihkan, termasuk peningkatan kasus bunuh diri. Data terbaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengindikasikan bahwa dalam kurun waktu dua tahun terakhir, kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa di Indonesia mengalami peningkatan signifikan sebesar 30%. Mereka yang terkena dampak terbesar adalah mahasiswa yang mengalami tekanan akademik yang berat.
Survei terbaru yang melibatkan 1.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di seluruh negeri, mengungkapkan bahwa sekitar 80% responden mengalami tingkat stres yang tinggi setidaknya sekali selama masa kuliah mereka. Tuntutan akademik yang tinggi, tekanan finansial, dan kehidupan sosial yang tidak seimbang menjadi faktor-faktor yang paling umum menyebabkan stres. Dalam berita terkait, dilansir dari CNN Indonesia pada tahun 2021 terungkap kasus mahasiswa yang bunuh diri di sebuah universitas di Yogyakarta akibat stres akademik. Selain itu, berita terbaru, seorang mahasiswi Universitas Indonesia berinisial MPD ditemukan tewas di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada (8/3) lalu. MPD diduga bunuh diri dengan melompat dari apartemen tempat ia tinggal. Kasus mahasiswa UI bunuh diri mengingatkan semuanya bahwa angka kejadian bunuh diri di Indonesia sangat tinggi. Kejadian tragis ini menjadi peringatan serius akan bahayanya tekanan akademik yang berlebihan.
Dalam upaya untuk memahami situasi sebenarnya, peneliti telah melakukan pengumpulan data langsung pada mahasiswa FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari 145 mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian, ditemukan bahwa sebagian besar mengalami tingkat stres sedang hingga berat. Tuntutan tugas perkuliahan yang berat, target pencapaian nilai, dan kebutuhan untuk berprestasi menjadi penyebab utama stres pada mahasiswa.
Stres yang tidak ditangani dengan baik dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik mahasiswa, seperti peningkatan tekanan darah, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan kelelahan kronis. Selain itu, stres juga dapat mempengaruhi aspek sosial dan hubungan mereka. Mahasiswa yang terjebak dalam siklus stres mungkin mengalami isolasi sosial, kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya, dan penurunan kualitas hubungan interpersonal.
Sayangnya, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum memiliki program penanggulangan stres yang memadai. Meskipun mahasiswa berada di garis depan pendidikan tinggi, tekanan akademik seringkali tidak disadari dan dapat berdampak negatif pada mahasiswa. Oleh karena itu, institusi pendidikan perlu memberikan perhatian serius dengan membentuk program manajemen stres yang fokus pada kesehatan mahasiswa.
Pihak berwenang diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah kasus serupa di masa depan. Upaya bersama dari institusi pendidikan, pemerintah, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa. Prioritas utama harus diberikan pada keseimbangan antara tuntutan akademik, dukungan emosional, dan ruang untuk relaksasi. Dengan melakukan langkah-langkah ini, diharapkan tingkat stres di kalangan mahasiswa dapat dikurangi, dan kesejahteraan mereka dapat ditingkatkan. (SPR)