Sekolah Kastrat 2025: Bentuk Pilar Intelektual, Jaga Suara Bangsa
Jakarta, Berita FIKES Online,– DEMA Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menggelar program unggulannya, Sekolah Kastrat 2025, dengan tema “Membentuk Pilar Intelektual, Menjaga Suara Bangsa”. Kegiatan ini berlangsung pada Minggu, 21 September 2025, di Gedung FKIK dan SOR FIKES, bekerja sama dengan HMPS Keperawatan, Farmasi, dan Kesehatan Masyarakat. Jumát (21/09/2025).
Acara ini bertujuan mengenalkan peran Kastrat kepada mahasiswa baru, meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya gerakan mahasiswa, serta membentuk generasi intelektual kritis melalui materi, diskusi, dan simulasi aksi.
Rangkaian acara diawali dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne UIN, serta Mars FIKES. Sambutan disampaikan oleh Ketua Pelaksana, Ketua DEMA FIKES, dan Ns.Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS. Wakil Dekan III FIKES. Suasana berlangsung khidmat dengan dukungan penuh panitia dan antusiasme peserta.
Materi pertama disampaikan oleh Baequni Boerman, S.K.M., M.Kes., Ph.D, yang membahas “Peran Mahasiswa sebagai Pilar Intelektual dalam Advokasi Kesehatan: Analisis Kritis Isu Perlindungan Tenaga Kesehatan”. Beliau menekankan peran mahasiswa dalam advokasi isu kesehatan, misalnya kampanye bahaya merokok, serta membedakan fungsi advokator dan edukator.
Baequni juga mengingatkan mahasiswa agar menjauhi adu domba politik, khususnya dalam pemilu, dan menegaskan bahwa kekerasan terhadap tenaga kesehatan harus dihadapi dengan profesionalisme serta advokasi non-kekerasan. Menurutnya, mahasiswa bukan sekadar penerima ilmu, melainkan agen perubahan melalui pendidikan, advokasi, dan gerakan sosial. Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa aktif bertanya mengenai perbedaan peran advokator dan edukator, sikap terhadap adu domba politik, serta strategi menghadapi kekerasan terhadap tenaga kesehatan.
Materi kedua disampaikan oleh Naufal Dzaky Nugroho dengan tema “Taktik Aksi Massa”. Ia menjelaskan sejarah gerakan sosial, unsur-unsur penting aksi massa, hingga strategi praktis seperti demonstrasi, boikot, petisi, dan kampanye non-kekerasan. Menurutnya, aksi massa tetap relevan di era digital, namun perlu dipadukan dengan kampanye online agar jangkauannya lebih luas. Dalam sesi diskusi, mahasiswa menanyakan strategi menghadapi stigma negatif terhadap aksi massa, efektivitas aksi di era digital, serta peran mahasiswa dalam mengorganisir gerakan masyarakat.
Setelah sesi materi, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi aksi. Peserta berperan sebagai orator, negosiator, dan massa aksi untuk menyuarakan tuntutan Gerakan Mahasiswa Kesehatan, antara lain: perlindungan hukum dan keamanan tenaga kesehatan, kebijakan zona aman, dukungan psikologis dan bantuan hukum, sistem pelaporan terintegrasi, serta perlindungan bagi mahasiswa profesi dan tenaga kesehatan magang.
Simulasi ini memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa baru untuk menyuarakan aspirasi secara terstruktur, damai, dan kritis. Meski sempat terkendala hujan saat istirahat siang, acara berjalan lancar sesuai jadwal. Mahasiswa baru menunjukkan antusiasme tinggi baik dalam sesi materi maupun simulasi aksi.
Dekan FIKES, Prof. Dr. apt. Zilhadia, M.Si , memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. “Sekolah Kastrat adalah wadah penting bagi mahasiswa untuk belajar menjadi intelektual yang kritis sekaligus bertanggung jawab. Saya berharap kegiatan ini menumbuhkan kesadaran kolektif mahasiswa bahwa mereka memiliki peran strategis dalam menjaga kesehatan bangsa dan demokrasi,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan menegaskan pentingnya keberlanjutan program ini. “Kegiatan seperti Sekolah Kastrat harus terus dipertahankan karena melatih mahasiswa tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga berani menyuarakan kebenaran dengan cara yang elegan, damai, dan konstruktif,” katanya.
Melalui Sekolah Kastrat 2025, mahasiswa baru FIKES tidak hanya mendapatkan pemahaman mengenai Kastrat, tetapi juga merasakan solidaritas lintas program studi dan suasana belajar yang kritis serta partisipatif. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal terbentuknya generasi mahasiswa intelektual yang berdaya guna dan siap menjaga suara bangsa. (UK/ZR)